Alimmustofa.com - Ketan hitam pemandian sumber Air Panas Cangar, mungkin banyak
yang telah kenal dan merasakan hangatnya badek (air tape ketan) ditengah-tengah
suhu udara yang cukup dingin. Tapi tahukan kamu, sejak kapan penjual tape ketan
hitam ini mulai berjualan di Cangar ini.
Pagi yang cukup cerah, Kawasan pemandian air panas
Cangar tampak lenggang, Hari ini belum banyak pengunjung yang mendatangi
pemandian idola traveller Jawa Timur ini. Maklum hari ini hari kerja sehingga
hanya pengunjung tertentu saja yang memanfaakan hari longgarnya untuk berendam
air panas yang mengandung belerang. (selasa, 14/3/23).
Tak banyak yang tahu jika ada stand penjual tape ketan
hitam disalah satu sudut pemandian ini. Pak Mino ( 59) begitu dia disebut,
lelaki asal kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto Jawa Timur ini, adalah salah
satu pedagang tape ketan hitam yang mengawali usahanya dari tahun 1988 akhir.
“ Tahun itu kondisi disini masih sepi dan rimbum,
tidak banyak bangunan seperti sekarang” tutur Mino mengawali ceritanya.
Mino muda saat itu, harus menempuh perjalanan yang
cukup jauh dari desanya di kecamatan Pacet dengan berjalan kaki sambil memikul
dagangannya. Berangkat jam 2 dini hari dari rumah hingga jam 11 siang baru tiba
di sini. Hanya ditemani pak Kyai gurunya. Mino menapaki jalanan bebatuan
sepanjang puluhan kilo meter.
“ Dulu masih muda, saya buruh
petani musiman, tetapi setelah menikah dan punya anak, gaji dari petani tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan anak istri dirumah, akhirnya sama pak kyai,
saya diajari jualan ketan hitam. Biasanya berdua berjalan dari rumah sampai
tempat ini, kemudian pak kyai meneruskan ke Batu” kenang Mino.
Dalam seminggu, Mino melakukan perjalanan dua kali
untuk berdagang, dengan membawa oncor (obor) untuk menerangi sepanjang
perjalanan menembus hutan lindung Gubernur Suryo.
“ dulu dapat penghasilan Rp.
4.000,- aja udah harus menunggu 2 sampai tiga hari berjualan baru dapat segitu.
Walau penghasilan segitu, untuk mencukupi kebutuhan satu minggu dengan satu
anak udah cukup, beras 1 kg masih Rp. 150,-. Tidak seperti sekarang bawa uang
Rp.50.000,- untuk masuk warung masih ragu-ragu, kuatir kalua gak cukup” sambil
menyedot dalam dalam sebatang rokok yang terus menempel dimulut lelaki yang udah mulai menua ini.
Guratan diwajahnya menyiratkan bahwa Mino udah berusia
setengah abah lebih, akan tetapi semangat
untuk mencari nafkah masih sangat kuat. Hampir 35 tahun profesi sebagai
penjual tape ketan hitam digelutinya, hingga saat ini pria separuh baya ini
masih menekuninya.
Nasihan dan semangat dari Pak Kyai dan tanggung jawab
menafkahi keluarganyalah yang pria berperawakan tinggi ini, mampu melawati
masa-masa sulitnya.
Penulis : Alim Mustofa
Editor : Alim Mustofa