Tape Ketan Hitam di Pemandian Air Panas Cangar | Alim Mustofa -->
Cari Berita

Advertisement

Tape Ketan Hitam di Pemandian Air Panas Cangar

Sabtu, 18 Maret 2023

 

Mino (59) penjual tape Ketan Hitam di pemandian air panas Cangar Kota Batu -Jawa Timur, berjualan sejak akhir tahun 1988 sampai sekarang.

Alimmustofa.com -  Ketan hitam pemandian sumber Air Panas Cangar, mungkin banyak yang telah kenal dan merasakan hangatnya badek (air tape ketan) ditengah-tengah suhu udara yang cukup dingin. Tapi tahukan kamu, sejak kapan penjual tape ketan hitam ini mulai berjualan di Cangar ini.

 

Pagi yang cukup cerah, Kawasan pemandian air panas Cangar tampak lenggang, Hari ini belum banyak pengunjung yang mendatangi pemandian idola traveller Jawa Timur ini. Maklum hari ini hari kerja sehingga hanya pengunjung tertentu saja yang memanfaakan hari longgarnya untuk berendam air panas yang mengandung belerang. (selasa, 14/3/23).

 

Pemandian Air Panas Cangar kondisi sekarang, konsep terbuka lebih ditonjolkan oleh pengelola sekarang.

Tak banyak yang tahu jika ada stand penjual tape ketan hitam disalah satu sudut pemandian ini. Pak Mino ( 59) begitu dia disebut, lelaki asal kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto Jawa Timur ini, adalah salah satu pedagang tape ketan hitam yang mengawali usahanya dari tahun 1988 akhir.

 

“ Tahun itu kondisi disini masih sepi dan rimbum, tidak banyak bangunan seperti sekarang” tutur Mino mengawali ceritanya.

 

Mino muda saat itu, harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dari desanya di kecamatan Pacet dengan berjalan kaki sambil memikul dagangannya. Berangkat jam 2 dini hari dari rumah hingga jam 11 siang baru tiba di sini. Hanya ditemani pak Kyai gurunya. Mino menapaki jalanan bebatuan sepanjang puluhan kilo meter.

 

“ Dulu masih muda, saya buruh petani musiman, tetapi setelah menikah dan punya anak, gaji dari petani tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan anak istri dirumah, akhirnya sama pak kyai, saya diajari jualan ketan hitam. Biasanya berdua berjalan dari rumah sampai tempat ini, kemudian pak kyai meneruskan ke Batu” kenang Mino.

 

Dalam seminggu, Mino melakukan perjalanan dua kali untuk berdagang, dengan membawa oncor (obor) untuk menerangi sepanjang perjalanan menembus hutan lindung Gubernur Suryo.

 

“ dulu dapat penghasilan Rp. 4.000,- aja udah harus menunggu 2 sampai tiga hari berjualan baru dapat segitu. Walau penghasilan segitu, untuk mencukupi kebutuhan satu minggu dengan satu anak udah cukup, beras 1 kg masih Rp. 150,-. Tidak seperti sekarang bawa uang Rp.50.000,- untuk masuk warung masih ragu-ragu, kuatir kalua gak cukup” sambil menyedot dalam dalam sebatang rokok yang terus menempel dimulut  lelaki yang udah mulai menua ini.

 

Guratan diwajahnya menyiratkan bahwa Mino udah berusia setengah abah lebih, akan tetapi semangat  untuk mencari nafkah masih sangat kuat. Hampir 35 tahun profesi sebagai penjual tape ketan hitam digelutinya, hingga saat ini pria separuh baya ini masih menekuninya.

 

Nasihan dan semangat dari Pak Kyai dan tanggung jawab menafkahi keluarganyalah yang pria berperawakan tinggi ini, mampu melawati masa-masa sulitnya. 


Penulis     : Alim Mustofa

Editor        : Alim Mustofa