Alimmustofa.com -
Posisi Fathurochim (25) warga Blimbing Kota Malang, pelakupenusukan salah satu anggota pencak silat (PSHT) memang tidak dapat
dibenarkan, dengan alasan apapun. Akan tetapi rombongan bermotor (konvoi)
membuat kebisingan ditengah malam juga prilaku yang keliru dan mengganggu
ketertiban,kenyamanan warga yang dilewatinya.
Jika kronologi
peristiwa yang disampaikan Fathurochim(pelaku) dimedia benar, bahwa peristiwa diawali dengan rombongan
bermotor yang membuat bising dengan motor yang di bleyer-bleyer,tentu
semua orang akan terganggu,apalagi diwaktu dini hari.
Memahami posisi pelaku penusukan,
dengan mengabaikan kondisi pelaku yang terpengaruh minuman keras, dengan
prinsip “ seseorang terancam jiwanya, pasti akan berupa menyelamat diri, ini
naluri setiap makhluk hidup” dengan cara apapun yang penting bisa selamat.
Hal yang sama pernah aku alami 31
tahun yang lalu,tepatnya 26 agustus 1994 disekitar Wendit. Hari itu pukul 23.45
wib kami berempat jalan kaki dari Lowok Padas (Kel.Pandanwangi kearah Asrikaton
- Pakis) menuju kos teman, kebetulan bulan agustus taman rekreasi Wendit masih ramai liburan Idzul Fitri, dan dilapangan DesaAsrikaton ada hiburan dangdutan.
Ketika kami melintasi depan
taman rekreasi
Wendit, meski sudah larut malam masih banyak anak-anak muda nongkrong, ada
beberapa anak muda yang kemudian mengumpat-umpat kami tanpa sebab. Kami tidak
merespon umpatan mereka, akan tetapi begitu jumlah mereka semakin banyak, 35
orang lebih , mereka semakin keras mengumpat (Jancok)
dan ada nada tantangan ke kami berempat. Spontan aku menengok kearah mereka,
tanpa diduga mereka serempak mengepung aku, tidak celah sedikutpun untuk
meloloskan diri.
Aku memisahkan diri dari Ketiga
temen yang lain, otomatis aku terkepung oleh gerombolan mereka dan menargetkan aku sebagai sasaran pengeroyokan dengan pukulan bertubi-tubi kearah wajah dan tubuh ku.
Rasanya wajah ini seperti Samsak, tanpa
ampun mereka menghujamkan tinju masalnya ke wajah ku.
Dalam posisi seperti ini, aku berfikir bagaimana bisa bertahan hidup dengan cara apapun,termasuk jika harus membalas
serangan mereka dengan resiko terluka parah atau mungkin tewas. Hal yang
terfikir adalah hidup atau mati dalam kondisi terdesak tanpa ada kesempatan
untuk menjelaskan kesalah pahaman ini.
Aku berfikir dalam situasi yang
sempit, akhirnya aku melakukan perlawanan dengan merebut salah satu celurit
dari kelompok mereka. Celurit aku arahkan ke mereka,tetapi mereka mengepung
rapat-rapat dengan posisi aku berada ditengah.
Saat aku berhasil memegang krah
baju salah satu dari mereka, tangan kananku meletakkan celurit
dilehernya, akan tetapi aku masih berfikir sadar,jika aku menarik
celurit yang melingkar dileher lawan, dapat dipastikan lawan aku
akan tewas dan aku harus berurusan dengan hukum, dan aku putuskan melepaskan
lawan.
Akan tetapi mereka terus berusaha
memukuli aku dengan kayu,sabuk berkepala Dayak, batu bata, dan beberapa juga
menggunakan batu. Situasi semakin kacau, jumlah mereka semakin banyak dan
semakin brutal. Mereka memukuli aku layaknya pencuri ketangkap massa, untuk
kedua kalinya aku mampu menarik leher lawan dengan tanga kiri dan tangan kanan
melingkarkan celurit yang aku rebut ke leher salah satu dari mereka, tetapi Kembali aku mampu menahan
diri dengan tidak menarik celurit dileher lawan. Aku teringat dengan salah satu
pengeroyok yang memukul dengan gaya petinju, memukul wajah aku berulangkali,
saat lehernya udah ku lingkari celurit, gemetar juga dia.
Kepungan mereka semakin longgar
karena tangan kananku mengarahkan celurit kearah mereka, sampai ada kesempatan
untuk meloloskan diri dari kepungan mereka, aku berhasil lari
sekencang-kencangnya menjauh dari mereka kearah Asrikaton.
Dalam situasi aku lari kearah
Asrikaton,ternyata didepan aku udah dihadang puluhan orang, sebelum
ketangkap,aku lempar celurit ditangan kananku. Beruntung begitu ketangkap aku
diintrogasi oleh anggota TNI AU, akhirnya aku dilindungi sampai pagi hari. Tak
ada luka diwajah dan tubuhku meski puluhan kali pukulan mendarat diwajah dan
badanku, hanya goresan kecil dibawah telinga kiri, akibat hantaman batu bata.
Peristiwa ini menyerupai dengan
apa yang dialami Fathurochim pelaku penusukan salah satu anggota perguruan
silat di Malang beberapa hari lalu, bedanya aku tidak terpengaruh minuman
keras,sehingga masih mampu berfikir jernih meski dalam kondisi terancam, sementara
pelaku penusukan di Kecamatan Blimbimg Kota Malang dalam kondisi terpengaruh
minuman keras.
Hal yang sama mungkin adalah
pengeroyokan yang membabi buta oleh kelompok orang yang
sama-sama tersulut emosi. Satu sama lain tidak mampu menahan diri,
satu pihak merasa terganggu disisi lain ada yang merasa tersinggung.
Maka atas peristiwa tragis ini,
semua menginginkan hal ini tidak terjadi dan jangan sampai terulang lagi.
Prinsipnya ketika orang dalam kelompok besar disitu ada potensi kerusuhan, apa
lagi kumpulan orang tersebut mempunyai perikatan tertentu, akan menimbulkan primodialisme buta.
Dalam sudut pandang ini, aku agak
memahami posisi pelaku, meski tidak membenarkan perbuatannya. Semoga pihak
berwajib mampu bertindak sesuai asas-asas hukum yang tepat dan profesional
dalam penanganan perkaranya. Sehingga semua pihak yang terlibat akan
mendapatkan hukuman sesuai dengan kualitas perbuatannya.
Bagi kelompok yang menjadi korban
penusukan juga harus mawas diri Ketika mereka berkelompok berkendara di jalan
raya juga harus menghormati lingkungan sekitarnya, karena warga sekitar juga butuh
kenyamanan dan rasa aman.
Karena menurut pendapatku “ Belajar beladiri sesungguhnya untuk melatih mental, melatih karakter, agar menjadi pribadi yang kuat/tangguh dalam berfikir,dan bertindak, bukan untuk gagah-gagahan ala PREMAN”.
"Ilmu yang terbaik adalah sabar dan banyak temen", dari sinilah aku memutuskan keluar dari salah perguruan pencak silat di Malang, karena selama ikut beladiri,ada aja kejadian yang arahnya kekeributan. karena pengalaman diatas adalah peristiwa kedua aku lolos dari pengeroyokan dari kesalah pahaman (*)
Editor : AlimMustofa
Catatan :
- Tahun 1994 Malang masih ada sisa-sisa budaya gangster sehingga sering terjadi bentrokan antar gangster
- Giman - disiram bakso beruntung tidak ada luka,
- Andri Dan Handoko - juga selamat karena mengaku anak Blimbing, daerah yang cukup disegani.