AIR YANG KEMASUKAN NAJIS | Alim Mustofa -->
Cari Berita

Advertisement

AIR YANG KEMASUKAN NAJIS

Sabtu, 18 Januari 2020


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

AIR YANG KEMASUKAN NAJIS

Air yang kemasukan najis ada dua jenis yaitu air banyak (dua kulah atau lebih) dan air sedikit (kurang dari dua kulah).

Untuk air yang lebih dari dua kulah yang terkena najis maka ulama dari empat madzhab sepakat air itu tetap suci asalkan sifat air (warna, rasa, bau) tidak berubah.

Sedangkan untuk air yang sedikit (kurang dari dua kulah) yang terkena najis, maka hanya madzhab Maliki yang menyatakan tetap suci alias tidak najis apabila tidak berubah. Syihabuddin Al-Maliki dalam Irsyadus Salik ila Asyrafil Masalik, hlm. ١/٨ menyatakan:

يكره الوضوء بالماء القليل الذي فيه نجاسة لم تغيره فإذا غيرته لم يصح به الوضوء

Artinya: Makruh wudhu dengan air sedikit yang mengandung najis tapi tidak berubah. Apabila najis itu merubah sifat air (warna, rasa, bau) maka tidak sah dibuat wudhu.

Dalam keterangan di atas, air sedikit yang terkena najis asalkan tidak berubah hukumnya suci dan boleh dipakai wudhu walaupun hukumnya makruh.

Namun tidak semua ulama madzhab Maliki berpendapat demikian. Sebagian ulama Maliki Mesir berbeda pendapat. Mereka menyatakan air sedikit yang terkena najis hukumnya najis. Ibnu Abdil Barr Al-Qurtubi dalam Al-Kafi fi Fiqh Ahlil Madinah menyatakan:

وذهب المصريون من أصحاب مالك إلى أن الماء القليل يفسد بقليل النجاسة والماء الكثير لا يفسده إلا ما غير لونه أو طعمه او ريحه ولم يحدوا في ذلك حدا يجعلونه فرقا بين القليل والكثير

Artinya: Ulama madzhab Maliki di Mesir berpendapat bahwa air sedikit hukumnya najis apabila terkena najis yang sedikit sedangkan air banyak tidak najis kecuali kalau berubah warna atau rasa atau baunya. Namun mereka tidak memberi batasan yang jelas antara air sedikit dan air banyak.

Sedangkan madzhab lain yaitu madzhab Hanafi, Syafi’i dan sebagian ulama Hanbali menyatakan najis. Hanya saja ada perbedaan pendapat dari ketiga madzhab terakhir tentang ukuran air sedikit.

Ustad Asep Hidayatullah

Dalam madzhab Syafi’i sendiri, walaupun mayoritas menyatakan bahwa air sedikit (kurang dua kulah) itu hukumnya najis kalau terkena najis, namun ada pendapat dari Imam Ghazali yang menyatakan tidak najis asalkan sifat air tidak berubah.

Dalam Ihya Ulumiddin, hlm. ١/١٢٩ , Al-Ghazali menyatakan:

وكنت أود أن يكون مذهبه كمذهب مالك رضي الله عنه في أن الماء وإن قل لا ينجس إلا بالتغير إذ الحاجة ماسة إليه ومثار الوسواس اشترط القلتين ولأجله شق على الناس ذلك وهو لعمري سبب المشقة ويعرفه من يجربه ويتأمله

Artinya: Saya ingin madzhab Syafi’i seperti madzhab Maliki dalam arti bahwa air yang sedikit (kurang dua qulah) tidak najis (kalau terkena najis) kecuali kalau berubah (warna, bau, rasa). Karena, hukum seperti ini (tidak najis kecuali berubah) sangat dibutuhkan. Disyaratkannya air dua qullah itu menjadi penyebab was-was dan menyulitkan banyak orang dan hanya bisa dipahami oleh orang yang menelitinya

والله أعلم بالصواب وإليه المرجع والمآب

Al-Faqir Asep Hidayatulloh

Editor : Alim Mustofa