Oleh: Dr.Nofi Sri Utami, S.Pd.,S.H.,M.H
Dosen PascaSarjana Universitas Islam
Malang
Alimmustofa.com - Saat
ini dunia telah terkoneksi dengan teknologi informasi. Pertumbuhan tekhnologi
informasi, memungkinkan pergeseran perilaku masyarakat. Masyarakat akan semakin
mudah dalam mengakses suatu berita/info, serta masyarakat menjadi kreatif, hal
tersebut merupakan bagian sisi positif dari pertumbuhan tekhnologi. Pertumbuhan
tekhnologi harus dibarengi dengan kecerdasan bermedia, untuk menganalisa data dan konten yang ada. kecerdasan
bermedia saat ini sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tekhnologi internet. Tentunya
cerdas disini adalah seseorang bisa memilih dan memilah berita/informasi yang
di dapat dari internet dengan mencari tau dulu kebenaranya.Mengingat bahwa
pertumbuhan tekhnologi tidak hanya memunculkan sisi positifnya melainkan juga
sisi negatif. Misalnya adanya munculnya berita yang dianggap berita fitnah dan maraknya
konten-konten hoax di media sosial. Hoak
merupakan kebohongan yang sengaja dibuat untuk dijadikan sebagai kebenaran. Dalam
hal berita hoak dampaknya sangat luar biasa khususnya menjelang pelaksanaan
pemilu serentak 2019. Pada pemilu Serentak 2019 menghadirkan lima pemilihan
sekaligus mulai dari Presiden-Wakil Presiden, DPR RI, DPRD Provinsi dan
Kabupaten/kota, dan DPD RI.
Pelaksanaan pemilihan yang dilakukan secara bersama
dan serentak tentunya banyak persoalan yang muncul dalam tahapan pemilihan,
misalnya kasus Hoak. Berdasarkan data
dari Kementerian Komunikasi Dan Informatika telah mengidentifikasi sebanyak 771
hoaks sepanjang Agustus 2018 hingga Februari 2019. Angka ini terus meningkat
hingga hari pemilihan 17 April 2019. Hoaks atau fake news telah menjadi
fenomena luar biasa. hoaks sangat mudah sekali tersebar. Tersebarnya berita hoax
karena berita tersebut didapatkan dari orang yang dipercaya, mengira
bermanfaat, mengira benar, dan ingin dianggap jadi yang pertama tahu, sehingga
sesegera mungkin dishare tanpa mengecek kebenaranya. Hal ini mungkin
dipengaruhi oleh rendahnya tingkat literasi kita terutama literasi digital.
Menurut data UNESCO yang dikutip oleh Kominfo menyebutkan bahwa minat baca
orang Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, jika ada 1.000 orang Indonesia
berkumpul hanya 1 orang yang rajin membaca. Padahal, kemampuan ini krusial di
era serba cepat sekarang. Termasuk literasi digital, yang merupakan kemampuan
untuk mengolah memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital.
Jika dirunut lebih jauh, kurangnya literasi di masyarakat ialah tidak terbiasa
untuk berpikir kritis. Hal ini disebabkan oleh pendidikan di Indonesia juga
tidak memberikan ruang untuk kita mengasah kemampuan berpikir kritis.
Selanjutnya Menurut direktur Perludem Titi Anggraeni, yang tayang di kompas setidaknya ada tiga faktor yang
membuat munculnya hoax di media sosial yaitu, (1) regulasi yang belum
menjangkau pemberantasan hoax dikarenakan adanya disparitas pemaknaan penegakan
hukum, (2) pembiaran yang dilakukan oleh pasangan calon, dan (3) lambannya
respons dari lembaga penyelenggara pemilu. Hoak yang telah terjadi pada pemilu
serentak 2019 tentunya meninggalkan kesan yang mendalam dan tentunya menjadikan
pelajaran untuk pemilihan serentak yang akan datang.
Berkaca dari
hal tersebut, Maka Masyarakat harus bisa memahami bahwa
hoaks berbahaya bagi masa depan bangsa kita, namun itu saja tidak cukup. berita bohong atau hoax tak ubahnya
seperti peredaran narkotik dan pornografi. Bila berita hoak dibiarkan bisa
membahayakan dan merugikan masyarakat. Maka masyarakat
juga harus memiliki kemampuan memilah dan memilih mana berita yang benar dan
mana yang keliru. Kegiatan literasi digital harus dilakukan dengan melibatkan banyak
pihak, ini bukan kewajiban pemerintah saja, namun masyarakat juga memiliki
peran yang banyak, Khususnya kaum milenial. Masyarakat harus bijak
mengidentifikasi sebuah berita/info yang didapat, apakah berita tersebut benar
benar bermanfaat. Selanjutnya setelah yakin berita tersebut bermanfaat,
memastikan apakah berita tersebut berkualitas/ sesuai dengan kebenaranya. Tak
lupa untuk mengecek alamat link/sumbernya yang tertera harus jelas. Kalo hal
tersebut sudah anda lakukan, tentunya anda bisa memastikan bahwa berita
tersebut bukan berita yang abal abal/ hoak. Sudah cukup kita belajar dan
berkaca pada pemilu serentak 2019 terkait hoak, untuk menyongsong pemilihan
serentak 2020 kita harus lebih bijak dan cerdas dalam memanfaatkan media
digital yang kita miliki. Pendidikan Literasi digital merupakan cara atau upaya
yang harus di lakukan/ diajarkan kepada
seluruh masyarakat indonesia Untuk mewujudkan Pemilu di Indonesia yang nyaman,
berkualitas serta mencerdaskan masyarakat.
Editor : alimmustofa
Publiser : Alimmustofa.com