AlimMustofa.com - Palu dalam bahasa jawa
disebut petil atau amer yang fungsinya adalah sebagai alat pemukul
untuk menancapkan sesuatu atau untuk memecah/mengahncurkan benda.
Petil
atau palu biasa digunakan sebagai alat bantu tukang kayu atau tukang batu dalam
mengerjakan pekerjaannya. Tukang kayu
biasanya tidak bisa lepas dari alat ini, sebab ketika akan menyambung kayu
menggunakan palu untuk memukul pakunya. Tentu tidak hanya menancapkan paku saja
si-tukang kayu memerlukan palu ini.
Nah ternyata palu tidak saja
diperlukan oleh tukang kayu atau tukang batu dalam melaksanakan tugas
pekerjaannya. Ada beberapa profesi yang dalam melakukan tugasnya memerlukan
palu sebagai alat kerja yang tidak bisa ditinggal. Dalam tulisan opini
kali ini, penulis penulis mengajak pembaca untuk
berimajinasi dengan mengkomparasikan berbagai profesi yang dalam melaksanakan
tugasnya memerlukan palu sebagai alat utama.
Dalam berimajinasi
mengkomparasikan fungsi palu, tentu akan didapatkan beberapa fungsi, tingkatan
atau derajat dan status sosial bagi penggunanya. Namun sebelum memabahas hal diatas perlu
kiranya mengetahui definisi atau pengertian Kasta sesuai judul opini diatas.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia arti Kasta adalah golongan (tingkat atau
derajat) manusia dalam masyarakat agama tertentu.
Sebagai mana strata manusia
dalam relasi sosial, palu ternyata juga memiliki tingkatan atau golongan sesuai
dengan status penggunanya. Misalnya palu yang digunakan oleh tukang kayu/tukang
batu, sudah dapat dibayangkan ketika palu digunakan oleh tukang dari sisi
derajat tukang adalah pekerjaan kasar yang biasanya menjadi profesi dari
kalangan bawah.
Hal ini dapat diukur dari
penghasilan seorang tukang dalam sehari tidak lebih dari seratus ribu perhari
atau dua juta empat ratus dalam satu bulan. Itu pun dalam sehari mungkin palu
dipukulkan hingga ratusan kali untuk menghasilkan penghasilan tersebut.
Hal ini berbeda dengan nasib
palu yang ditangan ki-dalang dalam pertunjukan wayang kulit, meski sehari
semalam mungkin ribuan kali dipukulkan oleh sang dalang. Ayo kira-kira berapa
penghasilan seorang dalang dalam sekali manggung, ya kurang lebih 5 juta sampai
dengan 50 Juta jika itu ki Dalang yang sudah kondang.
Lalu bagaimana kasta palu
yang dipegang hakim, sudah barang tentu dapat kita bayangkan batapa mulia nasib
si palu sidang ini. Menempati gedung yang megah nan berwibawa, ruang yang
nyaman dihadapkan meja sidang yang berukir megah, diatas berlambang garuda.
Sungguh mulia nasib si palu
ini, membuat sejawatnya sesama palu menjadi iri, mengapa nasib dia begitu
mulia. Hanya sekali gedok di meja sidang pada saat tertentu saja tetapi menentukan
nasib seseorang. Apakah nasib sesorang tersebut akan menjadi selamat karena menang
bahkan lega sambil tertawa atau bahkan seseorang karena ketukan palu ini
seseorang bernasib malang, cemberut dengan penyesalan.
Tentu bisa dibayangkan
karena sekali ketukan palu hakim ini memberikan kemuliaan bagi pemegangnya,
kemuliannya adalah gaji atau pendapatan yang tinggi. Sangat jarang nasib
seorang hakim dengan kehidupan kekurangan, layaknya seorang hakim biasanya
hidup dengan berkecukupan. Ya .. linier dengan nasib palu yang dipegang oleh
Hakim pengadilan, hakim konstitusi, hakim mahkamah.
Terakhir mungkin kita akan
berfikir betapa luar biasa andai
membayangkan nasib palu sidang paripurna dewan. Negeri ini tentunya
bergantung nasib palu disidang paripurna untuk menentukan undang-undang yang
mengatur negeri ini. Semua keputusan baik buruknya negeri ini adalah diujung
palu ketua sidang paripurna dewan.
Sudah barang tentu pemegang
palu paripurna tidak sembarang orang bisa menduduki kursi ini. Perlu modal
politik yang besar agar seseorang dapat menempati kekuasaan politik penentu
kebijakan atas kekuasaan negeri ini diatas ketukan palu.
Kekuasaan seseorang dapat
lengser jika palu mahkamah konstitusi memutuskan Presiden bersalah. Sebab palu
ini akan memutus kekuasaan presiden didepan sidang Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR). Palu hakim konstitusi menjadi dasar pemberhentian kekuasaan
presiden dinegeri ini atas pelanggaran undang-undang dasar.
Mulia benar nasib palu ini,
dia bangga menjadi penentu nasib rakyat suatu negara, atau bahkan mungkin si
palu ini akan congkak karena merasa sangat berkuasa atas nasib Negara.
Kembali ke pemegang palu
ini, selain kemuliaan yang didapatkan dengan kekuasaan yang sangat besar untuk
menggerakan system politik. Berapa kemuliaan harta yang dimiliki oleh pemegang
si PALU atas setiap ketukan dimeja sidang yang mulia. Seluruh sumberdaya negeri
ini dipertaruhkan diatas ketukan palu dimeja sidang.
Ya … kasta palu mungkin bisa
dikatakan sederajat dengan kasta kekuasaan manusia, dimana derajat kemuliaannya
menempatkan pada seseorang menjadi berwibawa atau bahkan menuju ketamakan atas
duniawiah.
Semoga si palu
senantiasa eling lan mawas diri, semoga si palu tidak terjerumus dalam
ketamakan, keangkuhan, yang membawanya lupa akan kodratnya. Salahkan Palu ketika
mengetuk meja ?. (A-Liem Tan)