Cerita Megaphone | Alim Mustofa -->
Cari Berita

Advertisement

Cerita Megaphone

Senin, 28 Agustus 2023



Alimmustofa.com - Sepintas mungkin banyak orang bertanya, kenapa alimmustofa.com menulis cerita tentang Megaphone, sebuah alat pengeras untuk kegiatan lapang. Minggu, 27/8/23.


Selintas mungkin ini hanyalah sebuah alat yang dibutuhkan ketika ada acara lapangan yang melibatkan banyak orang, seperti kerja bakti, gerak jalan, Diklat dll. Prinsipnya alat ini untuk pengeras suara mobile yang tidak memerlukan kabel dan listrik yang panjang untuk leluasa bergerak dilapangan. Alat ini ada sebelum tehnologi wirelese ditemukan, Megaphone menggunakan baterai sebagai sumber energinya. 


Kembali ke cerita Megaphone diatas,  alat ini merupakan benda invetaris Jarang Taruna RT 03 RW.06 Kel.Pandanwangi Malang yang dibeli tahun 1995 atau 28 tahun yang lalu. 


Alim (saya sendiri ), Sutarno dan Sunarko (Alm), tiga punggawa penggerak muda mudi kala itu. Berbagai kegiatan ekonomi produktif digagas dan dilakukan sebagai program unggulan. Ya prinsip kami,, pemuda jangan sampai tukang todong sumbangan. 


Berbagai usaha ekonomi produktif kami adalah jual Bakar Jagung, Ternak lele, sablon dll. Bakar jagung misalnya, usaha ini dilaksanakan hanya hari Sabtu dan Minggu saja, ditepi jalan Poris RW 6, kami bergilir setiap Minggu untuk jualan jagung bakar. Lumayan besar keuntunganya, hingga uang kas kartar cukup besar. 


Khoiri Wahyudi & Megaphone generasi Karang Taruna 90 -an RW 06 Kel. Pandanwangi Malang 


Kami bertiga berfikir, bagaimana kegiatanku organisasi berjalan dan uang kas bertambah tanpa meminta  sumbangan.  Beberapa kebutuhan alat untuk menunjang kegiatan mampu kami beli dari hasil usaha ekonomi produktif yang salah satunya adalah jual jagung bakar. 


Harga megaphone merk Sun Way kala itu seharga Rp. 180.000,- ketika dolar masih Rp  2.200,-. Sebuah harga yang cukup mahal kalau itu,. Dalam cerita ini, yang pingin disampaikan adalah dari mana asal megaphone itu, kapan dibeli dan oleh siapa serta dari mana asal dananya.  Agar  sejarah ini biarlah menjadi sejarah yang semoga dibaca oleh generasi berikutnya. (*)


Editor :  Alim Mustofa