Refleksi Perempuan Dalam Belenggu Patriarki | Alim Mustofa -->
Cari Berita

Advertisement

Refleksi Perempuan Dalam Belenggu Patriarki

Rabu, 14 Desember 2022

 


 

Aku dalam belenggu ketidakpastian, belenggu oleh system social yang ortodoks.

Aturan social yang merampas kemerdekaanku sebagai insan manusia.

 

Diskriminasi patriarkhi menempatkan aku (perempuan) kedalam kasta yang tersudut oleh omong kosong dari sebuah nilai social yang telah terkooptasi pada kata “ pantas dan tidak pantas”, dalam paradigma nilai tata prilaku sosial disekitarku.

 

Saat usiaku 7 tahun, ingin sekali aku memilih bermain bola, tapi orang tuaku bilang, “ gak pantas perempuan main bola, itu permainan anak laki-laki” begitu katanya.

 

Ketika teman sebayaku mencemoohku, kulayangkan tinjuku kewajahnya, tapi lagi-lagi salah, kata orang sekitarku. “ perempuan harus bersikap anggun”.

 

Menurutku kalaupun tidak boleh memukul,kenapa larangan itu harus dikasi embel-embel “ Perempuan” untuk menegurku.

 

Sejak kecil, aku merasa bukan pemilik penuh atas dirinya sendiri. Perempuan hanyalah kasta kedua dari system social yang patriarki.

 

 “ Keberadaan kita sebagai perempuan hanya menjadi pernak pernik dalam dunia ini,” keluh ku.

 

Saat dewasa, belenggu sebagai perempuan terus berlanjut, bangku Pendidikan hanyalah bayangan semu. Meski aku punya otak yang lumayan encer dengan cita-cita tinggi dalam benaku, tetapi lagi-lagi tradisi melarangku untuk meraih mimpi-mimpiku akan kesetaraan kodrat sebagai manusia.

 

“ Perempuan fitrahnya adalah dirumah saja, permpuan hanyalah konco wingking”.

Jodoh yang seharusnya menjadi kemerdekaanku untuk memilah, memilih dan menentukan, tiba – tiba sirna ketika tradisi yang dianut orang tuaku telah menentukan jodohku. Lagi-lagi karena aku hanyalah anak ‘Perempuan” yang urusannya hanya di Kasur, dapur dan sumur.

 

Dalam benakku bertanya ”apakah karena aku seorang perempuan? lantas kenapa jIka aku permpuan?

Aku serasa tak memiliki diriku sendiri, harusnya aku diberIkan kepercayaan atas pilihanku sendiri, mana permainan yang akan ku senangi,bagaimana saya harus menata masa depan, dan dengan siapa saya harus menjalani hidup,dunia sangat tidak adil”.

 

“ Sambil meghapus air mata yang basahi pipi, dia berjanji kelak akan menjadi seorang ibu yang baik bagi putra-putrinya, tidak akan membeda-bedakan perlakuan karena status laki & perempuan.  Anakku punya pilihan, perempuan adalah takdir tuhan,

 

Ditulis oleh : A-Liem Tan

14 desember 2022

Sebuah refleksi dari tulisaan “ Apakah Menjadi PerempuanAdalah Kutukan?”.