Alimmustofa.com
- Ramainya publik menyorot kekayaan
pejabat pajak diKementrian Keuangan akhir-kahir ini, memberikan dampak ancaman
boikot pajak yang disuarakan oleh beberapa pihak.
Kekecewaan
terhadap prilaku pejabat pajak yang pamer kekayaan menjadi sorotan tajam
terutama oleh warganet Indonesia. Dimulai dari kasus penganiayaan Mario Dandy Satriyo (20) terhadap David Ozora yang kemudian dikaitkan dengan mobil Robicon
yang dipakai MDS saat melakan aksinya.
Usut punya
usut ternyata MDS adalah anak pejabat Pajak di kementrian keuangan yang
mempunyai kekayaan yang tidak wajar, sehingga menimbulkan kecurigaan publik danKomisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menelusuri dari mana kekayaan
diperoleh dengan pangkat golongan III tersebut.
Kemarahan
publik kemudian diluapkan melalui wacana pemboikotan pembayaran pajak, hal ini
juga di utarakan oleh beberapa tokoh nasional. Lalu banyak pertanyaan dari
masyarakat, sebenarnya pajak kita untuk apa ?
Sri Mulyani
Indrawati Menteri Keuangan menjawab pertanyaan diatas dalam wawancara di Kick Andy yang diasuh oleh Andi F Noya di Metro TV.
Untuk apakah sebenatnya
pajak kita ?
Mantan director
Pelaksana Bank Dunia ini kemudian memberikan jawaban tegas bahwa, penerimaan
pendapatan negara ini ada dari beacukai dan penerimaan negeri non pajak. Penerimaan
pajak tahun lalu 1750 T dari 44000 pegawai , total penerimaan 2500 T
Lebih lanjut Sir
Mulyani mengatakan “ Perluasan ruang operasi RSCM untuk keperluan pelayanan
oprerasi disitu negara memberikan anggaran, Ribuan masyarakat kena covid tahun
lalu, tagihan negara ribuan Triliun ,
masyarakat tidak satupun ditark beaya, Kalau hari raya masyarakat pulang
kampung lewat jalan tol , disitu ada APBN. Kalua kita lihat didaerah dibangun
bendungan disitu ada APBN, Kalau anda lihat anggota TNI Polri bertugas dengan
alutsita yang lebih baik itu ada APBN.
“ Kalau anda
bicara tentang dokter, guru, pesantren,
madarsah itu karena APBN, Kalau sekarang ada 36 ribu lebih anak kita sekolah di
Universitas terbaik di dunia sehingga merrka
generasi muda punya kebanggaan punya konfident itu karena APBN, Kalau ada yang
mau riset mulai dari vaksin- malaria
sampai biodiversity kami
memberikan itu, Kalau ada aktivis budaya mau melakukan mempreset budaya lokal
sampai mau performment kami menyediakan dana abadi kebudayaan” ucap Sri
Mulayni.
“ Kalau mau
bicara APBN uang pajak kita disana, kemudian ada yang bilang uapg pajak saya ditilep bu, kalau anda
membayar pajak negara dengan benar menggunakan e felling, membayarnya itu langsung masuk ke kas negara. Yang
menilep dan ditilep itu biasanya adalah wajib pajak yang nakal bekerja sama
dengan petugas pajak yang nakal , mereka yang seharusnya membayar serratus
kemudian mereka kong kali kong membayar 10 dan itu dinikmati oleh kedua pihak
yang jahat itu” lanjut mantan Directur Eksekutif IMF ini.
“ Itulah uang
pajak yang hilang, tetapi jika kita membayar yang benar itu langsung masuk
kekayaan negara yang ada di Bank Indonesia yang langsung. Setiap yang keluar
pasti melalui dokumen negara, bu risma membantu waga miskin, janda, pembangunan
satilte waktu covid yang digratiskan itu beaya dari negara”. Tutur Sri Mulyani
menutup keterangannya. (AM)