Tragedi Kanjuruhan Akankah Kemana | Alim Mustofa -->
Cari Berita

Advertisement

Tragedi Kanjuruhan Akankah Kemana

Sabtu, 15 Oktober 2022

Foto diambil dari bring.com

Alimmustofa.com - Tragedi 1 Oktober 2022 di stadion Kanjuruhan masih meninggalkan ribuan tanda tanya dimata publik. Kenapa demikian, banyak kejanggalan pada peristiwa tesebut dari aspek operasional tehnis penyelenggaraan, termasuk misteri tidak dibukanya pintu keluar pada menit ke 80 menjelang pertandingan berakhir.


Hal kedua yang menjadi misteri adalah kenapa penghalauan suporter menggunakan gas air mata, padahal selama puluhan tahun penulis menyaksikan langsung pertadingan Arema FC di stadion Kanjuruhan tidak sekali ini saja suporter masuk lapangan, akan tetapi tidak pernah sekalipun gas air mata secara show of force ditembakkan dengan alasan memghalau masa yang tidak terkendali. 


Melihat tayangan di semua tv dan you tube,  diawali dari 2 orang suporter turun dari tribun 14, kemudian diikuti puluhan suporter lainnya, tidak terlihat ancaman dari superter terhadap pemain Persebaya maupun pemain Arema. Menurut beberapa berita media online dijelaskan bahwa semua pemain telah diamankan, bahkan sebagaimana diberitakan, turunya suporter kelapangan adalah untuk memberikan dukungan.

Banyaknya suporter Aremania ditengah lapangan ini kemudian direaksi oleh pihak keamanan dengan menmbakan gas air mata ditengah lapangan, tidak berhenti disitu, tampak petugas TNI & ,polri melakukan penghadangan dan pemukulan yang tidak lazim kepada beberapa rekan Aremania.  


Yang menjadi ganjil adalah penembakan  gas air mata di tribun  13 & 14 , dimana suporter yang hendak keluar malah terjebak pada pintu keluar dengan mata pedas dan sesak napas karena gas air mata. Posisi ini kemudian mengakibatkan kekacauan yang luar biasa, posisi tribun yang berundak dengan kepadatan suporter yang kebingungan karena asap gas air mata menyebabkan tabrakan antar suporter dan korban berjatuhan. Sudah dapat dibayangkan bagaimana situasi mencekam tersebut dialami Aremania baik yang sudah dewasa, anak anak, ibu- ibu yang terpisah dengan anak dan suami berusaha menyelamtkan diri.Situasi mencekam tersebut diperparah dengan belum dibukanya pintu keluar, dari berbagai tulisan berita ada ratusan Aremania terjebak dipintu 14 dalam kondisi kehabisan oksigen, mata pedas, kulit gatal, nafas sesak. Banyak korban berjatuhan saling tindih, dalam kondisi pingsan dan meninggal. 


Pertanyaannya, mengapa gas air mata harus ditembakan berkal kali di tribun 13, 14 yang sebenarnya dalam ketentuan regulasi FIFA sangat dilarang digunakan di stadion.  Karena situasi dipintu 13 dan 14 sebagaimana banyak diberitakan semua media online dan tv, mengesankan kesengajaan.   


Kejanggalan kejanggalam ini belum berakhir dengan jatuhnya  ratusan korban meninggal, akan tetapi ada upaya sistematik untuk mengaburkan  substansi masalah yang seharusnya dibuka secara gamblang atas nama keadilan bagi para korban. Upaya mengkonter dan saling lempar tanggung jawab ini  seolah menegaskan adanya upaya mengkaburkan dari persoalan sebenarnya. 


Narasi adanya 42 botol miras, munculnya penyintas penjual dawet, upaya menyandingkan situasi diluar stadion yang melakukan perusakan dan pembakaran mobil petugas, dan tidak berbahayanya gas air mata terhadap manusia atau kasarnya kematian ratusan suporter Aremania bukan karena gas air mata dengan berbagai argumentasi lainya.


Ini adalah persoalan kemanusiaan yang harus dikedepankan adalah menyelamatkan hak hak dasar mereka, dicari pelaku yang paling bertanggung jawab atas peristiwa itu, serta motif yang melatar belakangi. Ini diperlukan agar diperoleh data yang valid untuk upaya perbaikan secara komprehensif persepak bolaan di Indonesia.  


Kecurigaan publik tentang tragedi Kanjuruhan yang menggemparkan dunia merupakan setting pengalihan atas kasus besar di republik ini. Pikiran publik atas kecurigaan diatas kiranya perlu diuji dari upaya kepolisian dalam menangani tragedi Kanjuruhan.  Upaya pengaburan kasus Kajuruhan kearah logika logikan medis ala polri, penggiringan publik terhadap narasi penjual dawet yang manaraisskan suporter mabuk merupakan upaya yang sangat keji melalui disinformasi atas peristiwa sesungguhnya.


Bahkan saya curiga nanti ada upaya untuk mencari tersangka atas tuduhan perusakan dan pembakaran mobil aparat, yang kesemua ini adalah upaya untuk mengalihkan perhatian publik atau menggiring publik untuk jauh dari substansi masalah utama. Tidak salah jika pelaku perusakan diproses hukum,akan tetapi menjadi salah jika semua peristiwa Kanjuruhan mengorbankan  suporter Aremania menjadi kambing hitam.  Bila ini kemudian terus memojokkan aremania sebagai penyebab atas peristiwa tragedi kanajuruhan,  penulis semakin curiga jika penanganan asus tragedi Kanjuruhan akan semakin bergeser. Kita tunggu narasi berikutnya, semoga kekhawatiran penlis tidak terjadi.


" Untukmu Aremania yang gugur sebagai bamper perubahan, smoga arwah kalian mendapatkan tempat yang indah disisi Allah S.W.T.  amin .. amin yarobal alamin."

Penulis : A-Liem Tan

disclaimer :  semua tulisan ini merupakan rangkaian informasi yang penulis baca, dengar dan lihat dari berbagai media.