Alimmustofa.com – Fitri begitu panggilan Panwas Kelurahan Ketawanggede Kota Malang ini begitu antusias melakoni gelaran buadaya yang diselenggarakan oleh Bawaslu Jawa Timur.
Dengan pakaian khas suku Dayak, fitri yang berparas sekilas mirip suku Dayak ini, begitu santai dan pede berselfie dengan kawan serombongan lainnya.
Gelaran budaya oleh Bawaslu Jawa Timur di Grand City Surabaya mengusung tema “ Serambi Budaya Pengawasan” ini diikuti oleh pekerja budaya dan bawalsu kabupaten-kota se-Jawa Timur.
Tak terkecuali utusan dari Bawaslu Kota Malang yang melibatkan pengawas kelurahan ambil bagian dalam acara tersebut. Fitri dan Antok Panwaskel dari kecamatan Lowokwaru menjadi pembeda ditengah gelaran serambi budaya yang di dominasi pakaian adat Jawa, Madura, Bali, pakaian reog ala ponorogo.
Lantas apa yang menjadi pembeda kedua panwaske ini, tak lain adalah baju adat yang di pakai adalah pakaian adat suku Dayak yang memiliki corak dan warna khas yang berbeda.
“ Karena saya berfikir, pasti smua peserta memakai pakaian adat Jawa Timuran, misal sakeraan/Maduraan, Malangan, intinya yang cewek bakalan pada kebayaan semua. Karena acara tersebut segmentasix pelaku seni Jawa Timur,” ungkap Fitri.
“Di undangan di tuliskan mengenakan pakaian adat,Karena di Indonesia memiliki banyak suku adat dan Budaya, maka kami berfikir untuk memakai pakaian adat yang beda dan simpel. Akhirnya saya putuskan memakai pakaian adat Dayak, ucap pemilik wajah mirip suku Dayak ini.
“Sesuai dengan semboyan negara kita "Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap sau jua,” imbuh Fitri.
Kesan dan pesan saya salama mengikuti acara ini seyogyanya acara tersebut dilaksanakan dengan durasi yang agak lama dengan di tampilkan berbagai macam seni yang ada d Indonesia khususnya di Jatim.
“Di laksanakan ontime tidak mengulur² waktu, sehingga memberikan contoh ke bawah jika pimpinan yang di atas pun bisa tepat waktu,” ungkapnya.
Sementara Anthok panggilan akrab panwas Kelurahan Sumbersari ini mengatakan bahwa “Kami perwakilan panwaskel dari kecamatan lowokwaru ingin tampil beda, Kami perwakilan panwas dari lowokwaru ingin merasa menjadi bagian dari masayarat seluruh Indonesia dalam memeriahkan gawe besar Bawaslu di seluruh Indonesia yang penuh ke aneka ragaman suku dan budaya untuk menyambut pemilu 2019 . Tanpa mengenyampingkan tugas tugas yang kita emban selama ini ke bhineka tunggal ika-an dalam Bawaslu,”.
Lantas Tjahjo Riswanto nama lengkap Antok ini mengungkapkan kesannya dalam mengikuti acara gelaran budaya Bawaslu “ Dengan keaneka ragaman suku dan budaya Indonesia dalam acara tersebut, Bawaslu terlihat semakin solid dan kompak walaupun ada di kultur atau komunitas manapun bisa menyatu dalam misi-misinya untuk tetap mengawasi dan mengawal pemilu 2019 ini,” tutur Antok menutup komentarnya.(A-Liem Tan)