Kampanye Tatap Muka Di Malang | Alim Mustofa -->
Cari Berita

Advertisement

Kampanye Tatap Muka Di Malang

Selasa, 02 Januari 2018

AlimMustofa.com - Berkampanye menyongsong pemilu bukan hanya soal bagaimana memobilisir massa dengan pawai, dan juga berorasi panjang lebar di atas panggung. Shayrotsa Rahmania, seorang calon anggota legislatif dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang juga adalah alumni sekolah demokrasi angkatan pertama di Malang, yang lebih memilih keliling kampung mendatangi masyarakat dari rumah ke rumah di Kelurahan Jodipan.

Rosania, panggilan akrabnya, menggunakan cara yang khas dalam memperkenalkan dirinya kepada masyarakat calon pemilih. Ia membagikan brosur yang berisi visi dan misi yang akan ia perjuangkan, jika ia kelak terpilih menjadi anggota dewan dalam pemilu legislatif 9 April yang akan datang. Dalam kampanyenya, Rosania juga membawa sabun mandi kepada masyarakat yang ia datangi. Sabun itu dijadikan Rosania sebagai simbol bahwa ia akan menjadi anggota legislatif yang bersih dan akuntabel.

Tidak bisa kita sangkal, bahwa begitu banyak calon anggota legislatif yang menghabiskan dana dalam jumlah besar, untuk meraih simpati masyarakat pemilih. "Ini tidak sehat, dan ongkos dalam berdemokrasi menjadi sangat mahal. Hanya calon terkayalah yang akan menang," kata Rosania. Setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan memutuskan untuk memberikan kursi kepada caleg dengan suara terbanyak, setiap caleg berkompetisi untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pemilih. Bagi Rosania, cara yang ia ambil adalah cara yang adil dan demokratis, karena masyarakat pemilih bisa saling bertatap muka secara langsung, dan membangun komitmen yang demokratis dan adil. Kepada para caleg, masyarakat bisa mengekspresikan apa yang mereka rasakan, jika para caleg itu kelak terpilih dalam pemilu. Seorang warga lokal Siyami (52) mengaku senang karena mendapat kesempatan berbicara secara langsung dengan Rosania. "Itu menunjukkan, bahwa mereka peduli pada kita," kata Siyami.

Seperti Rosania, caleg dari Partai Sarikat Indonesia (PSI) untuk Daerah Pemilihan Kota Malang, Pandriono juga melakukan hal serupa dalam memperkenalkan dirinya kepada masyarakat pemilih yang potensial. Bagi Pandriono - yang juga adalah alumnus Sekolah Demokrasi - cara yang ia ambil sangat praktis dan langsung tepat sasaran. Dalam pandangannya, dengan cara itu masyarakat bisa mengetahui sosok caleg secara lebih dalam. Terlebih, dalam pemilu yang akan datang masyarakat akan memilih sosok. Sehingga hal terpenting yang harus dilakukan para caleg adalah membangun citra diri yang sebaik mungkin di depan masyarakat pemilih. Itulah sebabnya, Pandriono tidak mengarahkan masyarakat untuk memilih partainya.

"Yang diperlukan masyarakat pemilih hanya kepribadian dari tiap calon, bukan partainya," imbuh Pandriono. Selain itu, dalam rangka memperkenalkan dirinya, ia juga aktif dalam kegiatan - kegiatan yang berbasis keagamaan. (Any Rufaidah dan Alim Mustofa, Malang)